Neoneun Byeol – Part 4

1234

Author POV

“Selamat pagi Appa. Tidurnya nyenyak gak?”

“Ah, selamat pagi Hyeri-ya. Baik, Appa sempat memimpikanmu haha. Kau terlihat baik. Mau jalan-jalan hari ini?”

Hyeri mengambil setangkup roti tuna lalu melahapnya.

“Mau kemana kita?”

“Mengelilingi Seoul. Disini banyak tempat bagus yang harus kau kunjungi”

“Oke, aku mau kemana saja. Rasanya kalau hanya di aparte hari ini akan terasa sangat membosankan”

“Makanya, cepat habiskan makananmu dan bersiaplah” balas Ayahnya sambil tersenyum. “Ah, ini minum obatmu juga. Ayah tidak mau kau sakit”

Hyeri hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Mulutnya yang penuh tidak bisa membuatnya bicara. Ayahnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

“Pelan-pelan sajalah. Kau ini seorang yeoja. Mana boleh makan seperti itu”

Hyeri mengangkat muka dan nyenyir kuda. Lalu cepat-cepat menghabiskan potongan roti terakhirnya.

***

“Ini Dongdaemun, Shopping Areanya Seoul. Kau bisa menemukan apa saja disini. Ada yang ingin kau cari?”

Hyeri memandangi sekelilingnya. Dia pernah kesini. Tapi dulu saat dia masih kecil. Tampaknya tempat ini sudah sangat berubah. Lebih hidup dan berkembang.

“Hyeri-ya? Ada yang ingin kau cari tidak?”

Hyeri mengerjapkan matanya berkali-kali. Sesungguhnya ia ingin mencari gitar. Dia tak sempat membawa gitarnya. Tapi ia tidak enak jika memintanya kepada Ayahnya.

“Ah, aku sedang tidak ingin membeli sesuatu. Tapi aku ingin berkeliling. Sepertinya tempat ini menarik”

Ayahnya mengangguk-angguk, “baiklah, ayo jalan”

Mereka pun memasuki salah satu Mall terdekat dihadapannya. Ternyata memang disini sangat lengkap. Apa saja tersedia. Baju, Barang Elektronik sampai makanan tersedia.

Mata Hyeri tertuju kepada toko alat musik di pojok sudut Mall itu. Jejeran gitar menarik perhatiannya. Hyeri suka sekali bermain gitar.  Namun dompetnya belum mencukupi untuk membeli sebuah gitar baru.

“Hyeri kesini sebentar,” panggil Ayahnya yang masuk ke sebuah counter handphone.

“Bisa lihat yang ini?” ujar Ayahnya ke seorang sales.

“Tentu saja, ini silahkan dilihat” balas sales itu ramah.

“Hyeri, bagaimana menurutmu? Ini seperti bagus”

Hyeri melihat handphone itu. Kalau tak salah itu tipe terbaru. Harganya pasti cukup menguras kantong.

“Bagus, Appa mau beli?” tanyanya.

Ayahnya terlihat menimang-nimang handphone itu. “Ne, untukmu. Handphone Indonesia tidak bisa dipakai disini. Dan akan susah menghubungimu kalau kau tidak punya handphone”

Hyeri mengerjapkan matanya berkali-kali. Itu kebiasaannya jika tidak memahami sesuatu atau kaget.

“Tidak usah repot-repot Appa”

“Aigo, tidak merepotkan sama sekali kok sayang. Kau ini jarang meminta sesuatu. Appa bisa-bisa melupakan tujuan Appa bekerja”

“Tujuan bekerja?” tanyanya tak mengerti.

“Ne, menghidupi dan mencukupi kebutuhanmu. Apa lagi?”

“Appa…..” Hyeri mulai berkaca-kaca dan memeluk Ayahnya. “Gomawo, Appa semua ini sudah lebih dari cukup” katanya

“Aish, jangan memeluk Appa disini. Seperti drama saja. Jadi, bagaimana kalau yang ini? Kau suka?”

Hyeri menggosok dagunya seperti berpikir. “Kalau boleh, aku mau yang ini” Tunjuknya kesebuah handphone berwarna pink cerah.

“Ah, Arraseo. Karena warnanya pink kan?”

“He-eh” Ujar Hyeri malu-malu.

“Baiklah, saya ambil yang ini satu ya. Dan yang ini satu”

“Heh?” Hyeri terlihat bingung

“Appa tiba-tiba ingin handphone baru. Hahahaha, sepertinya handphone ini sedang ‘in’. Appa sering melihat artis dan aktor yang pakai handphone ini di drama”

Hyeri hanya balas dengan tatapan menggelengkan kepalanya. Dan itu membuat Appanya tertawa.

“Hehehe, Appa kan juga ingin jadi gaul”

Lalu Hyeri hanya bisa menghela napas. Appanya ini…….huff

***

“Ne, Saya akan segera kesana,” Ayahnya memutuskan hubungan di telepon.

“Kenapa? Ada masalah?” tanya Hyeri.

“Ne, kau bisa pulang sendiri? Maaf ya. Tapi Appa harus ke Jeonju sekarang”

Hyeri mengangguk. “Gwaenchana, semoga masalah ya cepat selesia ya. hati-hati dijalan”

“Gomawo Hyeri-ya. Sini biar barang belanjaannya Appa yang bawa. Dan ini uang untuk kau pulang”

Hyeri menggambil uang yang Ayahnya berikan. Lalu mengernyitkan dahinya. “Appa, ini terlalu banyak”

“Ah, itu untuk membeli gitar yang disana itu. Kau tadi memperhatikannya kan? Dan Appa baru sadar kau tidak membawa gitarmu waktu pindah kesini. Belilah. Tanda permintaan maaf karena meninggalkanmu hari ini”

“Tapi…”

“Sesampainya dirumah kau harus memainkan sebuah lagu untuk Appa. Kalau tidak, Appa tidak akan mengijinkanmu masuk ke Aparte. Arasseo?”

Hyeri mengembangkan senyumnya lalu menatap uang ditangannya. “Pasti akan kumainkan! Sepuluh lagu sekalipun pasti akan kumainkan. Gomawo untuk hari ini ya, Appa. Sering-seringlah meninggalkanku sendirian hahaha”

“Kalau maumu seperti itu Appa bisa bangkrut, nah sekarang Appa pergi dulu ya” balasnya sambil mengusap puncak kepala Hyeri. Salah satu hal yang paling Hyeri sukai.

Hyeri melambaikan tangannya dan melihat sosok Ayahnya yang menjauh dari restaurant tempat mereka makan siang. Nah, sekarang saatnya ke toko alat musik!

***

Babo.

“Pikunnya aku sampai lupa letak toko alat musik itu. Seharusnya ada di lantai ini kan? Aish, kenapa Mall ini begini besar sih” ujar Hyeri dalam hati.

Hyeri berjalan mondar-mandir mencari satpam yang bertugas menunjukan jalan.

BRUK

Tanpa sengaja, Hyeri menabrak seseorang.

“Ah, Mianhaeyo. Jeongmal mianhaeyo,” ucap Hyeri sambil menundukan kepalanya berkali-kali

“Gwaenchanayo, lain kali….Hyeri-ssi? Kau sedang apa?”

“Kai-ssi, Annyeong. Hmm.. Aku sedang mencari toko alat musik, kau sendiri?”

“Oh, aku juga,” balasnya.

“Jinjja? Boleh pergi bersama? Aku tidak tahu letaknya. Kau tidak keberatan kan?” tanyanya.

“Kenapa tidak? Ikut aku,” jawabnya. Hyeri segera mengikutinya dari belakang sambil tersenyum-senyum sendiri.

‘Ini kebetulan yang menarik’ pikirnya

Sesampainya di toko alat musik, Hyeri dengan teliti melihat gitar-gitar yang terpajang indah di etalase toko. Asik sendiri.

“Kau mau beli apa?” tanya Kai

“Hmm, gitar hehe” balasnya tanpa memalingkan wajahnya ke arah Kai.

“Kau bisa bermain gitar?”

“Hanya sedikit-sedikit. Aku masih pemula”

Kai mengangguk-anggukan kepalanya. Dia mulai menelusuri toko itu tanpa disadarainya.  Dia menemukan sebuah gitar di pojok ruangan yang menarik perhatiannya. Gitar berwarna pink lembut dengan sedikit corak berwarna putih.

“Igo, cocok untukmu”

“Ne?”

Hyeri melihat gitar yang ditunjukan oleh Kai. Matanya langsung berbinar-binar dan senyum berkembang diwajahnya.

“Ini….sempurna. Aku sangat suka warnanya” ujarnya terkagum-kagum

“Jinjja, sudah kutebak,” Kai tersenyum, “jadi kau mau beli yang ini?”

“hmm, kalau harganya sesuai aku mau, kau sendiri mau….?” sebelum Hyeri bertanya lebih lanjut, Kai sudah melengos pergi meninggalkannya dan meghampiri seseorang yang sepertinya pegawai toko ini.

“Hyung, yang ini harganya berapa? Apa? Kau tidak bisa beri kami discount, aku kan sudah sering belanja disini. Nah, itu baru harga yang sesuai kantong anak sma, kau memang yang terbaik. Makasih hyung.”

Mendengar itu Hyeri hanya tercengang, “kau rupanya pintar menawar sesuatu ya, tak kusangka”

Kai menaikan sebelah alisnya, “Kau meremehkan aku?”

“Aniya, aku hanya tak menyangkanya. Terima kasih.”

“Untuk?” Kai memiringkan kepalanya

“Mengantarku kesini, memilihkan gitar ini, menawarkan harganya, semuanya. Aku merasa berhutang budi.” Senyum Hyeri berkembang.

“Ah, pertama aku bukan mengantarkanmu, itu karena kebetulan aku juga mau kesini. Soal gitar dan tawar-menawar itu juga bukan kulakukan untukmu, aku hanya spontan saja. Ini bukan kali pertama aku membantu seseorang memilih dan menawar disini”

Mendadak senyum Hyeri hilang namun tak sampai sedetik berkembang lagi, “Apapun alasannya, terima kasih sudah membantuku hari ini,”

“Ya, sama-sama. Ah aku sampai lupa ingin membeli senar baru, sebentar”

Tak berapa lama kemudian setelah mereka membayar barang yang mereka beli, mereka berdua keluar dari toko musik itu. Dengan kantung belanjaan masing-masing dan raut wajah puas yang tak bisa disembunyikan.

“Jadi, kau mau kemana setelah ini?” Hyeri kembali bertanya kepada Kai.

“Kenapa? Kau tak bermaksud mengikutiku kan?” balas Kai acuh.

“Ya, kau ini sebentar-sebentar baik, lalu acuh. Aku tidak akan kaget kalau kau bilang punya kepribadian ganda,” balas Hyeri

Kai menatap Hyeri, takjub. Dia tak pernah disindir di depan matanya seperti ini. Oleh seorang gadis. Yang bahkan baru dikenalnya. Aneh rasanya dia tak tersinggung, gadis ini sudah dua kali membuat dia tak seperti dirinya sendiri.

“Wae, kau mau marah padaku?” Hyeri membalas tatapan Kai, tanpa takut.

“Ani, aku ada urusan. Sampai ketemu besok.” Kai pun berbalik dan hendak beranjak pergi.

“Jadi, kau ingin bertemu aku besok?” tanya Hyeri malu-malu

Kai kemudian berbalik lagi dan menatap Hyeri dengan tatapan bingung “kau bodoh? Besok itu adalah senin. Mau tak mau pasti aku akan bertem denganmu besok di sekolah”

Hyeri melongo, kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya yang bulat berkali-kali.

“Aish, kenapa aku bisa lupa besok senin. Kenapa pula aku berharap dia ingin bertemu denganku. Sadar Hyeri-ya, dia itu manusia aneh berkepribadian ganda. Jangan terkecoh dengan kebaikannya”

Tanpa pikir panjang lagi, Hyeri berbalik dan meninggalkan Kai yang tak dapat lagi menyembunyikan senyumnya.

“Hyeri, kau unik. Unik sekali.”

Di luar sadar, Kai terus memperhatikan sosok Hyeri yang pergi menjauh dengan senyum yang masih berkembang dibibirnya.

“Bagaimana aku bisa acuh dengan gadis seperti dirinya” ucap Kai dalam hati. Lalu pergi meninggalkan tempat itu.